SEJARAH
FARMASI
Obat-obatan
dalam bentuk tumbuh-tumbuhan dan mineral, telah ada jauh lebih lama dari
manusianya sendiri. Penyakit pada manusia dan nalurinya untuk mempertahankan
hidup, setelah bertahun-tahun membawa kepada penemuan-penemuan. Penggunaan obat-obatan
walaupun dalam bentuk yang sederhana, tidak diragukan lagi, sudah berlangsung
sejak jauh sebelum adanya sejarah yang ditulis, karena naluri orang-orang
primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka dengan merendamkan dalam air
dingin atau menempelkan daun segar pada luka tsb atau menutupinya dengan
lumpur, hanya berdasarkan pada kepercayaan. Orang-orang primitif belajar dari
pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif dari yang
lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai.
Diantara banyak suku terdahulu,
mempunyai anggapan bahwa penyakit disebabkan oleh masuknya roh jahat ke dalam
tubuh. Pengobatan biasanya dengan cara mengusir pengganggu yang masukdari tubuh
penderita. Dari sejarah diketahui bahwa cara pengobatan seperti ini memakai
matera, penggunaan bunyi-bunyian dan pemberian ramuan tumbuh-tumbuhan.
PERAPOTEKAN YANG
PERTAMA
Sebelum zamannya para pendeta orang
yang dianggap bijak dari suatu suku, yang mempunyai ilmu penyembuhan dengan
tumbuh-tumbuhan, yang mereka dapatkan dari pengalaman atau diperoleh secara
turun-temurun, biasanya dipanggil untuk mengobati orang sakit atau yang luka
dan melakukan pengobatannya. Dari penyediaan bahan obat inilah ilmu perapotekan
dimulai.
Ilmu dari perapotekan selalu
dihubungkan dengan hal yang gaib, dan para pelakunya dianggap mempunyai
hubungan dengan makhluk halus, oleh karena itu mereka dianggap bekerja sebagai
perantara antara yang terlihat dan yang tak terlihat. Anggapan bahwa obat
mempunyai hubungan gaib, diartikan bahwa bekerjanya suatu obat untuk
kebaikan atau kejahatan, tidak
berdasarkan dari sifat alamiahnya saja. Rasa kasihan dari dewa, kehadirannya
pada upacara pengobatan, tidak adanya roh jahat dan kesungguhan keinginan
mengobati dari sipemberi obat secara perorangan dan kolektif dibutuhkan untuk
membuat efektif secara terapetik, karena itulah cara pengobatan di suatu suku
adalah sesuatu yang ditakuti, dihormati, dipuja dan dimuliakan, karena melalui
cara pengobatan mereka, hubungan spiritual dibuat dan tergantung pada itulah
kesembuhan atau kegagalan terjadi.
Sepanjang sejarah, pengetahuan
obat-obatan dan penggunaannya untuk penyakit selalu diartikan sebagai suatu
kekuatan. Dalam “Homeric epics” istilah pharmakon (bahasa Yunani) yang
merupakan asal kata farmasi berarti suatu guna-guna atau suatu obat yang dapat
dipakai untuk maksud baik dan maksud jahat. Banyaknya kegagalan pada cara
pengobatan suatu suku jelas disebabkan obat yang tidak kuat, obat yang tdk
sesuai, dosis yang terlalu rendah, dosis yang terlalu tinggi dan bahkan karena
keracunan. Keberhasilan suatu pengobatan mungkin disebabkan obat yang sesuai
berdasarkan pengalaman, terapi yang benar secara kebetulan, efek yang tidak ada
akibatnya dari suatu terapi untuk seseorang dengan penyakit yang tidak fatal
atau efek plasebo, yaitu berhasilnya pengobatan yang disebabkan oleh pengaruh
psikologi dan tidak karena efek terapi. Bahkan sekarangpun terapi dengan
plasebo menggunakan bahan kimia yang kuat atau tidak berkhasiat dipakai dan
berhasil. Pada pengobatan pasien dan telah rutin dipakai untuk penilaian obat
baru secara klinis dimana respons dari suatu kelompok terhadap efek obat yang
sebenarnya dibandingkan dan dinilai terhadap efek plasebo.
Dengan berlalunya waktu ilmu dari
perapotekan menjadi satu dengan fungsi dari pendeta dan diantara kehidupan
terdahulu ahli ilmu gaib, pendeta atau dokter pendeta menjadi penyembuh lahir
dan batin. Pada zaman dahulu pekerjaan kefarmasian dan kedokteran tidak dapat
dibedakan karena pekerjaantsb umumnya merupakan fungsi pimpinan agama suatu
suku.
OBAT-OBAT ZAMAN
DAHULU
Karena kesabaran dan kepandaian ahli
arkeologi, jenis obat-obatan tertentu yang digunakan dalam terapi dengan obat,
pada zaman dahulu menjadi tidak begitu sama seperti yang diduga. Banyak tablet
kuno, tulisan-tulisan dari batu dengan tulisan yang ditulis 3000 tahun sebelum
masehi, telah ditemukan dan diartikan oleh ahli arkeologi dan hal ini
menguntungkan bagi ahli sejarah dari kedokteran dan farmasi untuk mengisi
dokumen kuno ini ada hubungannya dengan
sejarah turun-temurun yang ada. Mungkin yang terkenal dari catatan-catatan yang
ada adalah “Papyrus Ebers”, suatu kertas bertulisan yang panjangnya 60 kaki dan
lebarnya 1 kaki, dari abad ke-16 sebelum masehi. Dokumen ini sekarang disimpan
di University of Leipzig. Untuk mengingat seorang ahli tentang Mesir,
berkebangsaan Jerman bernama Georg Ebers, yang menemukan dokumen tsb dikuburan
suatu “mummy” dan menerjemahkannya sebagain selama setengah dari akhir abad
kesembilan belas. Sejak saat itu banyak orang berpartisipasi dalam mnerjemahkan
dokumenn tsb yang tidak mudah dilakukannya, dan walaupun mereka tidak mencapai
kata sepakat dalam pengertiannya, hampir tidak disangsikan bahwa sampai tahun 1550 sebelum masehi,
Bangsa Mesir masih menggunakan obat-obatan serupa dan bentuk sediaannya masih
dipakai sampai sekarang.
Isi dari Papyrus Ebers, terutama
formula-formula obat dengan menguraikan lebih dari 800 formula atau resep dan
disamping itu disebutkan juga sekitar 700 obat-obatan yang berbeda. Obat-obatan
tersebut terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan walaupun tercatat juga
obat-obatan yang berasal dari mineral dan hewan. Obat-obatan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan sampai sekarang masih dipakai antara lain, seperti akasia, biji
jarak (castor) dan anisi, disebut bersama-sama dengan yang berasal dari mineral
seperti besi oksida, natrium bikarbonat, natrium klorida dan sulfur. Hasil
eksresi dari binatang juga dipakai sebagai obat dalam terapi.
Pada saat itu bahan pembawa yang
dipakai untuk sediaan adalah bir, anggur, susu, dan madu. Banyak sediaan
farmasi yang mengandung 2 lusin atau lebih zat yang berbeda, yang kemudian
disebut sebagai suatu bentuk sediaan “polypharmacal”. Lumpang, penggiling
tangan, ayakan dan timbangan biasa digunakan oleh orang mesir dalam membuat
suppositoria, obat kumur, pil, obat hisap, troches, lotio, salep mata, plester,
dan enema.
PENGANTAR PANDANGAN
ILMIAH
Sepanjang sejarah banyak yang
memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan ilmu kesehatan, yang dapat
dicatat diantara mereka yang jenius dan kreativitasnya mempunyai pengaruh
revolusioner terhadap perkembangan farmasi dan kedokteran adalah Hippocrates
(460-370 SM), Dioscorides (abad ke-1 setelah masehi), Galen (130-200 SM) dan
Paracelsus (1493-1543 setelah masehi).
HIPPOCRATES
adalah seorang dokter Yunani yang dihargai karena memperkenalkan farmasi dan
kedokteran secara ilmiah. Dia menerangkan obat secara rasional dan menyusun
sistematika pengetahuan kedokteran serta meletakkan pekerjaan kedokteran pada
suatu etik yang tinggi.. Pemikirannya tentang etika dan ilmu kedokteran baik
yang ditulisnya sendiri maupun penerusnya, serta konsep dari pandangannya
disusun dalam bentuk sumpah “Hippocrates”, yang merupakan tata cara dan prilaku
untuk profesi penyembuhan. Hasil pekerjaannya termasuk uraian dari
beratus-ratus obat-obatan dan pada masa itu timbul istilah farmakon, diartikan
sebagai obat yang dimurnikan hanya untuk tujuan kebaikan melebihi dari arti
terdahulu yaitu sebagai guna-guna atau obat untuk kebaikan atau kejahatan. Berdasarkan
kerjanya sebagai pelopor dalam ilmu kedokteran dan ajarannya yang memberikan
inspirasi serta falsafahnya yang sudah maju merupakan bagian ilmu kedokteran
modern. Hippocrates diberi penghargaan yang tinggi dan disebut sebagai “Bapak
dari ilmu kedokteran”.
DIOSCORIDES
seorang dokter Yunani yang juga sebagai ahli botani, merupakan orang pertama
yang menggunakan ilmu tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan. Hasil
karyanya De Materia Medica, dianggap sebagai awal dari pengembangan botani
farmasi dan dalam penyelidikan bahan obat yang diperoleh secara alamiah. Ilmu
dalam bidang ini sekarang dikenal sebagai farmakognosi, suatu istilah yang
dibentuk dari dua kata Yunani, pharmakon adalah obat dan gnosis adalah
pengetahuan. Banyak dari obat-obatan dibuat oleh Dioscorides, misalnya:
aspidium, opium, ergot, hyoscyamus dan cinnamon, yang digunakan juga sebagai
obat seperti sekarang. Uraiannya tentang cara pengenalan dan pengumpulan hasil
obat alami, cara penyimpanan yang benar, dan cara mengenal pemalsuan atau
pengotoran yang merupakan standard pada masa itu, serta menjadi kebutuhan utnuk
pekerjaan selanjutnya dan merupakan petunjuk untuk penyelidik yang akan datang.
GALEN
seorang dokterdan ahli farmasi bangsa Yunani yang memperoleh kewarganegaraan
Romawi, mengarahkan dalam menciptakan suatu sistem yang sempurna dari
fisiologi, patologi dan pengobatan serta merumuskan doktrin yang diikuti selama
1500 tahun. Dia adalah pengarang yang paling
banyak karyanya pada zamannya maupun zaman lainnya dan telah mendapat
penghargaan untuk 500 buku tentang kedokteran serta sekitar 250 buku lainnya
tentang falsafah, hukum maupun tata bahasa. Karya tulisnya dalam ilmu
kedokteran, termasuk uraian berbagai obat-obatan yang berasal dari alam dengan
banyak sekali formula-formula obat dan cara mencampurnya. Dialah yang memulai
pembuatan begitu banyak obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
mencampur atau meleburkan masing-masing bahan, dan sekarang ini bidang
penyediaan farmasi sering dikaitkan sebagai “farmasi galenik”. Mungkin yang
paling terkenal dari formulanya adalah antara lain untuk krim pendingin yang
disebut Galen’s Cerats yang sangat mirip sekali dengan sediaan yang masih
dipakai sampai sekarang.
Farmasi
tetap merupakan suatu fungsi dari kedokteran, sampai meningkatnya jenis
obat-obatan dan semakin rumit cara pembuatannya yang membutuhkan para ahli yang
dapat mencurahkan segenap perhatiannya pada pekerjaan ini. Secara resmi farmasi
terpisah dari kedokteran dinilai Frederick II untuk mengatur pekerjaan
kefarmasian dibawah pemerintahannya yang disebut Two Sicilies. Dekritnya yang
membagi 2 profesi tersebut dan mengakui bahwa farmasi membutuhkan ilmu,
keterampilan, inisiatif dan tanggung jawab yang khusus, apabila diinginkan
terjaminnya pengaturan yang memadai terhadap obat untuk manusia. Ahli farmasi
terikat oleh sumpah untuk menyediakan obat-obatan yang bisa diandalkan dan
mempunyai kualitas yang uniform sesuai dengan keahliannya. Bentuk eksploitasi apapun
terhadap penderita melalui hubungan bisnis antara ahli farmasi dan dokter
benar-benar dilarang. Antara waktu tersebut dan evolusi dari ilmu kimia sebagai
suatu ilmu eksak, ilmu farmasi dan kimia bersatu hampir seperti ilmu farmasi
dan kedokteran.
Mungkin
tidak ada orang dalam sejarah yang mempunyai pengaruh secara revolusioner dalam
bidang farmasi dan kedokteran seperti
Philippus Aureolus Theophrastus Bombastus Von Hohenheim, seorang dokter dan
ahli kimia dari Swiss yang menyebut dirinya “Paracelcus”. Pengaruhnya sangat
besar terhadap perubahan farmasi, dari suatu profesi yang berdasarkan pada ilmu
kimia beberapa dari pengamatan kimianya sangat menakjubkan pada waktu itu dan
untuk digunakan pada penemuan-penemuan berikutnya. Dia percaya bahwa dimungkinkan,
menyiapkan bahan obat yang spesifik untuk digunakan dalam melawan setiap
penyakit tertentu, dan memperkenalkan sejumlah besar zat kimia untuk dipakai
sebagai obat internal. Sejumlah formula sebagai hasil karyanya, sejumlah dari
nama-nama yang ditentukan dan sejumlah teori yang diajukan telah menjadi suatu
bagian dari pekerjaan kefarmasian kita sehari-hari.
BUKU-BUKU STANDARD DALAM BIDANG FARMASI
1.
Farmakope
Indonesia I, II, III, dan IV.
2.
Farmakope Amerika
( USP, National Formulary)
3.
British
Pharmacopeia (BP)
4.
Pharmakopee
Nederland
5.
Dll.
Tujuan Farmakope :
Untuk memilih
diantara zat-zat yang mempunyai khasiat dalam pengobatan yang manfaatnya paling
nyata dan paling dikenal, serta untuk membuat sediaan-sediaan dan campuran dari
obat-obat tersebut, dimana khasiatnya dipakai untuk manfaat yang
sebesar-besarnya. Farmakope juga harus membedakan obat-obat dengan nama yang mudah dan jelas,
sehingga diantara dokter dan apoteker tidak ada kekeliruan penafsiran dan
keragu-raguan.
KETENTUAN UMUM
Ketentuan dan Persyaratan Umum,
untuk selanjutnya disebut “Ketentuan Umum”, menetapkan prosedur singkat pedoman
dasar untuk penafsiran dan penerapan standard, pengujian, penetapan kadar dan
spesifikasi lain dari Farmakope Indonesia dan menjelaskan perlunya mengulang disemua bagian buku, persyaratan
yang sering berhubungan.
Jika dibuat pengecualian terhadap
Ketentuan Umum, maka dalam monografi atau lampiran pengujian umum yang
bersangkutan akan diungkapkan terlebih dahulu dan dijelaskan secara khusus
tujuan atau maksud pengecualian tersebut. Untuk menekankan bahwa pengecualian
seperti itu ada, Ketentuan Umum
menggunakan ungkapan “kecuali dinyatakan lain”. Jadi harus diterima sebagai
kenyataan bahwa jika ada perbedaan dengan Ketentuan Umun, maka ungkapan
kata-kata khusus dalam standard, pengujian, penetapan kadar dan spesifikasi
lain tersebut bersifat mengikat. Begitu pula jika tidak ada kata-kata khusus
yang bertentangan, maka berlaku Ketentuan Umum